Mengapa Bintang Bersinar?

Dafrisyakinta
3 min readOct 1, 2023

--

Matahari memantulkan cahaya untuk planet. Padahal, bintang mampu menerbitkan cahayanya sendiri.

Perasaan ini sulit untuk diungkapkan. Adanya renggang tahun yang cukup jauh dengan kedua orang tua membuatku menjadi manusia yang paling sulit dipahami. Berjuta kali aku berdoa kepada Tuhan untuk dipertemukan dengan manusia yang sama persis dengan diriku. Pendengar tanpa judgemental dan paham apa yang sudah kulalui.

Tuhan tidak tidur katanya. Menurutku tidak. Tuhan hanya tidak ingin mendengarkanku cerita lagi. Aku percaya padaNya belakangan ini. Namun, Tuhan sepertinya memang tidak mau adanya aku di dunia ini.

Berprasangka buruk pada Tuhan adalah dosa besar.

Menurut fakta, Tuhan tidak mencintaiku sebegitunya. Begitu pula dengan Ayah dan Ibu. Mereka sama sekali tidak mengerti anak sematawayangnya. Apakah cukup egois untuk aku ingin sekali hanya di dengar?

“Lelah ya?”

“Coba cerita, aku paham yang kamu rasakan, nak. Pasti berat ya? Apapun yang kamu lakukan, Ayah dan Ibu selalu ada untuk tangisan-tangisanmu, nak.”

Hanya itu yang ingin ku dengar. Aku tidak lagi berekspektasi apapun terhadap rumah. Karena pada dasarnya Tuhan menempatkanku sebagai sampah di istana mereka. Tidak perlulah orang tuaku memaksakan kehadiranku selama bertahun-tahun.

Sesuatu yang dipaksakan akan rusak akhirnya.

Ya, aku adalah makhluk rusak. Yang bahkan tidak memiliki siapapun untuk bertahan. Tidak kah melelahkan setiap malam aku harus berargumentasi dengan akal sehatku untuk bertanya, apakah aku harus bunuh diri malam ini atau malam selanjutnya?

Aku terlalu lelah untuk menjalani keseharianku sendirian.

Sudah biasa aku tidak mengenali rumahku sendiri. Kehangatan itu sudah menghilang sejak lama. Satu yang tidak pernah kubicarakan adalah aku selalu menganggap Ayah dan Ibuku sudah bercerai.

Memang ini tidak masuk logika. Mereka masih bersama sampai saat ini. Tapi ini yang kurasakan semenjak Ibu pergi meninggalkanku pagi itu. Tuhan memang sengaja membuatku menjadi manusia tanpa orang terkasih.

Tuhan memberikanku jalan untuk menuju manusia tidak berguna yang dipenuhi kebencian. Jelas aku marah.

Terlihat egois dan dominan. Sangat berkebalikan dengan sifatku yang sesungguhnya. Kemarin aku menghadiri pernikahan teman SMP-ku. Aku harus ditemani dengan Ibuku karena temanku yang lain tidak ada yang menghubungiku berbulan-bulan. Bahkan mengucapkan selamat ulang tahun saja tidak. Disana, ternyata mereka berkumpul dan tertawa.

Sakit hatiku, Tuhan. Kau yang membuatku seperti ini.

Aku mencoba untuk mengeratkan mereka. Tapi ternyata memang aku hanyalah orang miskin yang tidak akan bisa setara dengan mereka.

Saat ini juga, mereka yang kuanggap teman di kota perantauanku, mengganggapku sebagai ODGJ yang keluar dari rumah sakit jiwa. Mereka tidak menganggapku ada.

Mereka inklusif.

Padahal aku yang membawa permainan tersebut untuk mempererat mereka.

Pradugaku pada Tuhan semakin bulat. Aku memang harus segera mengakhiri hidupku. Karena aku bukan makhluk bermanfaat yang selalu di doakan orang tuaku.

Apa salahnya jika aku yang mati, Tuhan? Toh, jiwaku sudah menguap bersama masalah yang selalu Kau berikan padaku.

Aku tidak mengenal kakek-nenekku. Aku tidak punya saudara yang bisa aku andalkan. Aku tidak punya kakak atau adik yang bisa saling menjagaku. Aku tidak punya perlindungan atas Ayah dan Ibuku. Aku adalah bintang yang memancarkan cahayanya sendiri. Tapi hanya terlihat saat malam.

Ketika semua tertidur.

--

--